Rabu, 01 September 2010

ASAS DAN FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI

Makalah

ASAS DAN FALSAFAH PENDIDIKAN

JASMANI

DISUSUN OLEH :

SUARDI

( 094 804 110 )

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2010

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Karena hanya dengan bimbingannya dan petungjuk-Nya dapat diselesaikannya penulisan makalah dengan judul azas dan falsafah pendidikan jasmani.

Shalawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan orang- orang yang mengikuti jejak beliau sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya penyusun tidak sanggup menyelesaikan sendiri tanpa bantuan pihak lain . Oleh karena itu penulis menghaturkan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginnya terutama kepada Orang tua kami yang setia membimbing kami dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya dengan penuh kesadaran bahwasanya makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekhilafan. Namun demikian, penulis berharap dengan adanya makalah ini sekurang- kurangnya dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam upaya mengetahui dan memahami Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.

Makassar, 28 Juni 2010

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini memang ada pendapat yang menganggap pekerjaan penjas adalah tugas yang paling ringan. Hanya dengan berbekal peluit dan sebuah bola sambil berteduh di bawah pohon pelajaran berlangsung dengan sendirinya. Anak-anak dibiarkan bermain sendirinya sampai tiba waktunya masuk kembali. Itulah kesan umum tentang pendiddikan jasmani di Indonesia dan seolah-olah sudah banyak ditemui di mana-mana.

Modal ini dimaksud untuk mengubah pandangan umum tentang penjas dan berusaha meyakinkan bahwa pelajaran penjas sebagai pelajaran yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika selama ini penjas belum dilaksanakan dengan baik, hal ini karena pemahaman tentang penjas belum sesuai dengan muatan falsafah dan tujuan penjas yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pertanyaan yang menjadi batasan masalah dalam makalah untuk pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan dan makna pendidikan jasmani di sekolah dasar?.

2. Ruang lingkup pendidikan jasmani di sekolah dasar?.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Dan Makna Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidak lah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran selingan tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajarn penjas tidak kalah pentingnya disbanding dengan pelajaran lainnya seperti matematiak, bahasa, IPS, dan IPA dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negative tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajarannya. Seperti kebugaran jasmani yang rendah.

Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olah raga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak yang membedakan dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insane manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam setuasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, social, emosional dan moral.

2. Nilai Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidk terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu :

ü Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.

ü Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.

ü Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana meneraokannya dalam praktek.

Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta di lakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.konsep sehat dan sejahtra secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk maraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman maupun prekteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga mencakup kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah anak lebih tahan menhadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman dan tentram dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pentingnya Pendidikan Jasmani

Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah, anak kurang bergerak di rumah juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini. Malah mngungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton tv atau bermain video game. Tidak menherangkan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.

Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olah raga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.

Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cukup unik. Karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai bebagai keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balik atau remaja di sebut pola pertumbuhan anak.

4. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak

Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segalah macam dipelajarinya. Dari menggerakkan anggota tubuh hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan yang didapatnya ketika ia menyadari baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan.

Belajar dan keceriaan merupakan dual hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini temasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kian banyak ia bergerak kian banyak hal yang ditemui dan dipelajari. Kian baik pula kualitas pertumbuhannya. Anak Cerdas gerak (kinestetik) biasanya menunjukkan kemampuan dan ketrampilan gerak yang melebihi kemampuan anak seusianya. Psikolog anak dari Universitas Paramadina, Alzena Masykouri MPsi mengatakan, anak cerdas gerak menampilkan integrasi yang baik antara pikiran dan tubuh secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan.

Kegiatan-kegiatan sederhana dan sehari-hari yang berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya memanjat pohon, menerbangkan layangan, lompat tali dengan berbagai gaya, petak umpet, bahkan main kelereng. “Selain lihai, anak cerdas gerak mampu pula mengembangkan ketrampilan emosi dan sosialnya melalui kegiatan bergeraknya,”kata Alzena. Jadi tidak semata terampil, tetapi mereka juga mampu membawakan dirinya dengan sportivitas dan interaksi antara individu yang baik.

Bila anak tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak mampu meniru gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun, anak dengan kecerdasan gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal dan menghayati gerakan-gerakan tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi juga mampu menampilkannya dengan baik. Sedangkan pada anak yang menggeluti bidang olahraga mereka mampu menangkap maksud pengarahan gerakan yang diajarkan dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk menunjukkan ketrampilan teknik dalam melakukan aktivitas olahraga tertentu. Orangtua bisa menemukan bakat anak cerdas gerak sedini mungkin. Melalui olahraga atau seni, seperti menyanyi atau menari, anak dapat teramati kemampuan geraknya. Alzena memaparkan, kecerdasan ini dapat diamati saat anak mulai melakukan gerak bertujuan, misalnya berjalan, melompat, memanjat atau berlari. Bila anak terlihat mampu melakukan gerakan dengan sangat terampil dibandingkan anak seusianya, berarti ada kemungkinan ia memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak.

Orangtua dapat mengembangkan cerdas gerak anak dengan mengikutsertakannya dalam kegiatan terstruktur, misalnya les menari atau klub olahraga. Tentunya pilih klub atau les yang memang memiliki program untuk anak usia dini (mulai 3 tahun). Orangtua perlu mengamati minat anak yang sebenarnya. Bisa jadi ia memiliki kecerdsan gerak, namun belum berminat terhadap kegiatan-kegiatan yang melibatkan aktivitas motorik tersebut. Jadi, jangan berharap anak langsung menyukai kegiatan les yang dipilih.

B. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

1. Dasar Menentukan Ruang Lingkup

Pendidikan jasmani di sekolah dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anak-anak dari bebagai usia. Dilihat dari berbagai tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat tiga tahapan, yaitu :

ü Tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal ( antara usia 5 – 7 tahun )

ü Tahapan masa kanak-kanak akhir ( middle childhood )

ü Tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun )

Pada usia di atas, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulative langjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olah raga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilakasanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, longcat indah, dan renang.

2. Ruang lingkup Pendidikan Jasmani

Setelah dibahas tentang dasar-dasar pertimbangan sebagai pedoman untuk menyusun program pendidikan di sekolah dasar, ruang lingkup pendidikan jasmani dapat ditentukan. Namun demikian uraian tentang ruang lingkup ini dibatasi dan sifatnya lebih umum. Yang harus disadari oleh semua guru penjas adalah harus diberi dorongan-dorongan untuk terus menerus menjelajahi kemempuan-kemempuannya. Tidak ada kemajuan dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan. Semua kemajuan mengikuti pola yang teratur. Jangan mengharapaka keajaiban. Harus sabar dan bersifat optimis bahwa murid kita akan mencapai kemajuan.

Tidak mudah untuk mengetahui apakah tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang ditetapkan secara umum tersebut sudah tercapai atau belum?. Jika program pendidikan jasmani yang kita terapkan berhasil maka murid-murid kita akan dapat dikatakan sebagai orang-orang yang terdidik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, social, emosional dan moral.

B. Saran-Saran

Untuk kemajuan pemahami di bidang pendidikan jasmani dan cara pengajarannya. Maka penulis merasa perlu memberikan saran kepada pembaca tentang anak didik yang akan diajar nanti. Bahwa seorang guru penjas harus banyak menguasai keterampilan-keterampilan yang akan diajarkan nanti kepada anak didiknya.

DAFTAR PUTAKA

DRS. Mahendra Agus , Ma. 2006. Azas Dan Falsafah Penjas

Graham, G. 1992. Teaching Children.

Malina, R. & Bouchar, C. 1978. Growt. Maturation and Physical Activity, Champaing.III. Human Kinetik.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com